Friday, September 12, 2008

Angon wedhus di Rusia

Namanya nasib, kita tidak pernah bisa menyangka sebelumnya. Nasib termasuk perkara yang ghaib, yang kita diwajibkan percaya dan mengimaninya. Bukankah percaya pada yang ghaib (percaya terhadap takdir Allah) termasuk dalam rukun iman? Dan nasib temanku, si Naufal, membuatku semakin yakin bahwa setiap manusia telah memiliki garis takdirnya sendiri.

* * * * *

Naufal, adalah teman sekelasku saat SMA dulu. Orangnya biasa-biasa saja. Dari segi kecerdasan biasa-biasa saja. Dari segi fisik orangnya standar-standar saja bahkan cenderung bertubuh kecil. Dari segi pergaulan dia bukan tipe orang yang pilih-pilih, dia bisa akrab dengan semua orang. Singkatnya dari profilnya dulu, dia ini gak ndayani (istilah orang Jawa untuk mengistilahkan kekurangpercayaan kita terhadap kemampuan seseorang) dan mungkin juga kurang diperhitungkan bakal meraih sukses kelak.

Tapi siapa sangka, di antara teman-teman sekelasku bahkan mungkin satu sekolah, dia termasuk orang layak diberi predikat sukses. Naufal saat ini bekerja di sebuah perusahaan minyak asing, kalau tidak salah dari Korea, dan saat ini dia ditugaskan di sebuah negara yang mungkin dulu dia tidak pernah bayangkan untuk mengunjunginya sekalipun. Dia sekarang bertugas di Rusia.

Bekerja di perusahaan minyak adalah sebuah anugerah. Paling apes pendapatannya kalau pendidikannya sekelas SMA, yang mungkin pekerjaannya sekelas operator di lapangan, seorang pekerja di sana bisa membawa pulang paling tidak 5-10 juta per bulannya. Belum lagi tunjangan-tunjangan yang diperoleh. Wah wah wah... seorang lulusan S1 yang bekerja di perusahaan swasta nasional saja belum tentu mendapatkan pendapatan segedhe itu kalau masa kerjanya masih seputar 5 tahunan.

Dan Naufal, seseorang yang dulu pernah memilih untuk tidak menempuh kuliah karena kesulitan biaya, walaupun sempat lulus UMPTN, membuktikan bahwa ketika kita selalu optimis memandang masa depan, maka kesempatan baik itu pun akan datang menghampiri. Setelah sempat bekerja serabutan, ia kemudian bertemu seseorang yang menjadi titik balik kehidupannya. Karena kemampuannya berbahasa inggris dan sedikit komputer, yang walaupun menurut kemampuannya sangat biasa-biasa saja dan cenderung di bawah standar, orang itu tertarik untuk mempekerjakannya di tempatnya. Dari sini lah sang dewi fortuna semakin akrab dengan si Naufal.

* * * * *

Aku jadi ingat dengan dialog dengannya sesaat ketika dinyatakan lulus SMA. Saat itu hampir semua teman-temanku, termasuk aku, sedang sibuk-sibuknya mempersiapkan diri mengikuti UMPTN, ujian masuk perguruan tinggi. Naufal, termasuk orang yang adhem ayem saja. Tentu saja ini mengundang keherananku, yang akhirnya tergoda untuk bertanya pada Naufal, "Fal, setelah ini kamu mau ngapain?". Dan Naufal menjawab dengan tersenyum, "Yah, mungkin aku angon wedhus ae (menggembala kambing saja) Yan."

Dan nasib pun membuktikan, sekarang dia ternyata angon wedhus di Rusia.

Good luck pren!

Labels:

0 Comments:

Post a Comment

<< Home