Friday, February 16, 2007

mencari sarang

Satu tugas perkembangan yang pasti dilalui oleh semua yang hidup adalah MENCARI SARANG. Contoh paling mudah, burung. Setiap burung yang mau kawin, dia pasti akan membuat sarang terlebih dahulu. Beberapa jenis burung bahkan menjadikan sarang sebagai semacam mas kawin untuk sang betina. Jadi sebelum si jantan membuatkan sarang jangan harap dia akan dilirik oleh betina-betina unggul. Karena mungkin mana mau si betina kawin dengan seekor jantan yang homeless. Kalau waktunya bertelur mau ditaruh di mana? Gak umum kan anak-anak burung yang lucu yang baru menetas keleleran karena tidak punya sarang?

Gak burung, gak manusia, kita pun harus mencari sarang. Untungnya tidak semua betina dari jenis manusia mempersyaratkan setiap jantan yang mau mengawininya harus punya sarang. Banyak juga manusia yang membuat sarang justru setelah menikah. Bahkan ada pula yang membuat sarang setelah punya anak! Dan ada juga yang apes, sampai mati dia gak pernah bikin sarang.

Sebagai manusia aku pun suatu saat ingin memiliki sarang. Aku ingin memiliki sebuah sarang yang nyaman. Di sana aku bisa melakukan segala aktivitas yang kusenangi bersama istri dan anak-anakku. Aku ingin sebuah sarang yang kondusif untuk membina sebuah keluarga yang sakinah mawaddah warohmah. Tempat itu menjadi tempat diskusi yang asyik dengan istriku dalam merancang masa depanku. Di sarang yang nyaman itu pula aku akan membesarkan dan mendidik anak-anakku sampai mereka mampu terbang dengan sayap mereka sendiri. Di sarang itu aku akan bermasyarakat dengan penghuni sarang-sarang yang lain. Dan di sana pula aku akan menghabiskan masa tua bersama dengan istriku.

Ah, indahnya...

Tapi saat ini aku belum punya sarang. Aku masih mencari-cari sarang yang tepat. Selain itu aku masih belum punya modal buat beli sarang. Aku berharap dalam waktu yang tidak terlalu lama aku bakal memilikinya. Yah, paling lama dua tahun lah. Karena harga sarang di Surabaya dan sekitarnya benar-benar mahal. Di daerah Sukodono, sekitar 10 km arah tenggara Sidoarjo atau 10 km dari Waru ke arah utara, harga sarang tipe 36/90 sudah mencapai kurang lebih 85 juta. Di daerah pinggir-pinggir Surabaya gak jauh-jauh dari harga segitu lah. Padahal, dengan kondisi pemasukan yang pas-pasan seperti aku ini, yang kalau dibantu istri bekerja pemasukan jadi berkisar antara 2,5-4 juta per bulannya kami harus punya modal awal minimal 38 juta. Itu supaya kami gak ngos-ngosan nyicilnya.

Betapa indahnya punya sarang.. Betapa beruntungnya teman-teman yang gak perlu repot-repot mencari sarang. Dan bagi yang sama-sama bernasib seperti diriku yang sedang mencari sarang ini, betapa beruntungnya kita, karena kita diberikan kepercayaan oleh Tuhan untuk merasakan indahnya perjuangan mencari dan membuat sarang. Semoga kita cepat-cepat diberikan rejeki berupa sarang oleh-Nya. Agar kita bisa saling mengunjungi dan bersilaturahmi.

Taman-Sidoarjo,17 Februari 2006, 14:35