Friday, March 02, 2007

Mulai harimu dengan kebaikan


Sebuah konsep yang tak asing lagi. Sudah seringkali kita dengarkan kata-kata bijak ini dari pengajian-pengajian, nasehat orang tua kita, e-mail yang kita terima dari rekan-rekan kita, bahkan tak jarang kita temukan tertulis di stiker-stiker di angkot.

Saya sendiri sudah lupa, dari mana tepatnya saya mendengar atau membaca petuah bijak ini. Mungkin dari saya baca dari kumpulan hadis nabi, atau mungkin dari attachment e-mail saya. Tak peduli dari mana kata-kata ini berasal, yang jelas kata-kata ini melekat kuat dalam nurani saya.

Apabila kita telaah, kalimat yang amat sederhana ini memiliki nilai filosofis yang sangat mendalam. Sedikitnya ada dua konsep sunnatullah yang tercakup di dalamnya. Pertama, konsep waktu yang diwakili dengan kata “mulai harimu”. Kedua yang tak kalah penting adalah konsep akhlak yang diwakili oleh kata “..kebaikan”.


Demi waktu”

Ada satu surat dalam Al-Qur’an yang tergolong dalam surat-surat Juz Amma yang selalu menjadi favorit saya sebagai bacaan surat pendek setelah Al-Fatihah. Surat Al-Ashr, surat pendek yang hanya terdiri dari tiga ayat saja. Bukan karena pendeknya hingga akhirnya surat ini menjadi favorit saya, tapi karena maknanya yang membuat hati ini selalu bergetar setiap kali membacanya.

Demi Waktu

Sesungguhnya manusia itu merugi

Kecuali orang-orang yang beramal sholeh, senantiasa berbuat kebajikan dan selalu bersabar

Maha Benar Allah dengan segala firman-Nya.

Seringkali saya mencoba menghayati makna ayat ini, mengapa Dia bersumpah atas nama waktu? Mengapa bukan yang lain?

Coba kita bayangkan ilustrasi berikut. Pernahkah kita bandingkan produktivitas kita selama 24 jam waktu kita dengan waktu yang dilalui oleh orang lain? Minimal dengan orang-orang terdekat kita, seperti keluarga, sahabat-sahabat kita, teman-teman kantor atau tetangga kita. Apakah waktu yang kita lalui sudah lebih baik dari orang lain? Apakah waktu yang kita lalui sudah lebih banyak kita gunakan untuk hal-hal yang bermanfaat ketimbang hanya sekedar mengisi waktu luang? Sudah berkualitaskah waktu-waktu yang kita lewati? Sudah lebih baikkah kita waktu yang kita lewatkan saat ini dibandingkan satu atau dua tahun yang lalu?

Dalam penjelajahan pikiran saya menemukan bahwa semua orang sama-sama menjalani hidupnya selama 24 jam dalam sehari, tidak kurang dan tidak lebih. Namun cara setiap orang memanfaatkan waktunya itu ternyata tidak sama. Ada orang yang selama 24 jamnya bisa melakukan 100 macam kebaikan, ada yang bisa melakukan 50 macam kebaikan, ada yang hanya bisa melakukan 10 kebaikan saja, bahkan ada yang cuma 1 macam kebaikan. Malah ada yang defisit. Alih-alih melakukan kebaikan, selama 24 jam hidupnya hanya diisi dengan sesuatu yang tak berguna. Dan Allah Maha Benar, orang-orang yang defisit dalam memanfaatkan waktunya itu termasuk dalam orang-orang yang merugi.

Nah, sekarang coba kita renungkan, kita termasuk yang mana?

Dan sudah sanggupkah kita memulai hari-hari kita dengan kebaikan?


(Suroboyo, 15 February 2007, 1000 AM)